Pages

Rabu, 02 Oktober 2013

Keragaman Teori Organisasi


Donaldson (1995), melihat sejak sekitar awal tahun 1967 di Amerika Serikat saja berkembang begitu banyak teori organisasi, ia menyebutkan ada sekitar lima belas teori organisasi yang berkembang, antara lain Structure (Evan, 1966), Ethno-Methodology (Garvinhel, 1967),Enachment Theory (Weick, 1969), Cybernetycs (Hage, 1974), Transaction Cost Theory(Williamson, 1975), Agency Theory (Jensen dan Meckling, 1976), Population-Ecology (Hannan dan Freeman, 1977), Institutional Theory (Meyer dan Rowan, 1977, Zuckler, 1977), Marxism (Goldman dan Van Houten, 1977), Resource Dependence (Pfeffer dan Salancik, 1978),Organizational Symbolism (Smirchich, 1983), Organization Cultures (Fine, 1984), Feminism (Ferguson, 1984), Emotionalism (Sutton dan Rafaeli, 1988) dan Post-Modernism (Murphy dan Putman, 1992).
Keragaman teori organisasi diatas oleh Morgan (1986), diklasifikasikan dalam beberapa klasifikasi berbagai perspektif, antara lain:
1. Organisasi sebagai mesin: organisasi di manfaatkan oleh pemilik dan menajemen untuk mencapai tujuan pribadi mereka. Proses dalam organisasi harus teridentifikasi secara jelas, pengelolaan atau manajemen menggunakan pendekatan engineering dalam mendesain tugas dan tanggung jawab secara mekanistik dan berulang.
2. Organisasi sebagai organisme; sistem terbuka: organisasi adalah entitas yang kompleks, dimana keberadaan kelompok organisme selalu berubah dengan lingkungannya. Perubahan adalah sesuatu yang krusial untuk menopang hidup dan bentuk. Merupakan kunci hubungan antara lingkungan dan berfungsinya secara internal.
Adanya pandangan tentang organisasi sebagai organisme, memungkinkan kita secara bijak bertanya tentang: kapan organisasi itu merasa baik, dimana organisasi itu sakit, bagaimana ia harus menghadapi tantangan (failling rock), apa yang diperlukan untuk membantu memahaminya.
3. Organisasi sebagai pikiran/ide (brain): organisasi sebagai ide (brain) adalah kemampuan untuk memproses informasi (mengambilnya dari berbagai sumber) dan pembelajaran (learning), sebagai bentuk pemikiran dan kreatifitas. Data, informasi, dan ide, didesiminasikan secara luas dan diberikan/dijangkau oleh semua orang. Kedua bagian otak baik yang bersifat analistis dan emosional harus merupakan bagian dari organisasi.
4. Organisasi sebagai kultur (budaya): organisasi sebagai kultur didesain dalam arti yang mendalam agar pelaku organisasi terpenuhi kebutuhan norma, nilai, ritual, dan tradisi sebagai basis parameter desain organisasi. Hasil dari pemahaman (shared meaning) membuat pelaku organisasi memiliki komitmen dan petunjuk dalam berbagai aktivitas organisasi.
5. Organisasi sebagai sistem politik: digambarkan dalam aspek kepentingan, konflik dan kekuasaan. Pertanyaan yang harus dijawab adalah siapa pemilik kekuasaan, dimana harus terjadi aturan-aturan organisasional dimana hal ini di lakukan. Pembedaan dalam pendekatan terhadap laki-laki dan perempuan diteliti dalam lima model penanganan konflik: kompetisi, kolaborasi, kompromi, pencegahan dan pengakomodasian.
6. Organisasi sebagai tahanan/penjara fisikal (psychic prison), organisasi dalam penjara fisikal merupakan jebakan terhadap pekerja dalam cara yang berbeda:
1. Pekerja dapat terjebak oleh keyakinan dan ketidakyakinan proses mental dalam rutinitas dan tekanan organisasional.
2. Mereka dapat terjebak dalam perhitungan ekonomis.
3. Kerja kelompok telihat sebagai sebuah penjara.
7. Organisasi sebagai gerakan yang berubah-ubah (flux) dan transformasi, perubahan dipaparkan secara logis. Tiga gambaran berbeda tentang perubahan diberikan sebagai cara menjelaskan bagaimana realitas organisasi mengukuhkan dirinya. Menjelaskan bagaimana hidup organisasi dibentuk dan ditransformasikan oleh proses transformasi logis dalam diri mereka.
Ketiga gambaran tersebut adalah:
1. Pendekatan biologis: organisasi digambarkan sebagai penghasil sistem bagi dirinya.
2. Hubungan kausal yang logis, dimana logika perubahan adalah proses edaran (circular) sebagai pengaruh dari trend dan tekanan.
3. Dialektika perubahan yang logis, dimana perubahan adalah hubungan dialektika antara berbagai pihak.
8. Organisasi sebagai seperangkat instrumen dominan: organisasi digambarkan dalam bentuk dominasi eksploitasi terhadap partisipan (stakeholders) dalam mencapai tujuan mereka. Hal ini menjelaskan adanya penyeragaman dan tekanan kelompok (pressure groups) dan tekanan untuk mengendalikan organisasi lewat hukum dan aturan-aturan.
Keragaman teori organisasi diatas sebenarnya tidak masalah sebab ia memberi kasanah yang luas dalam cara memandang organisasi dan kesemuanya diakui dan diterima sebagai sebuah teori ilmiah. Donaldson (1995) mengkaji beberapa diantaranya dan menemukan kelebihan dan kelemahan masing-masing teori. Secara keselurahan masing-masing teori memiliki kontribusi tersendiri bagi pemahaman yang lebih luas tentang teori organisasi. Segelintir catatan kritis ada namun tidaklah penting untuk dibahas dalam kesempatan ini misalnya Pfeffer (1993) dalam Donaldson (1995) pada publikasi wawancaranya di Organization Management Theory Newsletter menyatakan bahwa pengembangan teori organisasi sangat bersifat ‘trendi’ semata, oleh karenanya yang dibutuhkan adalah mengurangi sifat trendi tersebut,…less caught up with fads and fashions…, ditambahkan olehnya, kita butuh untuk mengoleksi sejumlah data yang bernilai bagi sejumlah isu yang memungkinkan agenda penelitian pada teori organisasi semakin dilengkapi.
http://perilakuorganisasi.com/paradigma-teori-organisasi.html

0 komentar:

Posting Komentar